Wahai kalian yang mencela para pemuda kami karena jihad mereka...
Wahai kalian yang mencela para pemuda kami karena jihad mereka...
Berhentilah mengecam dan mencela...
Pantaskah dicela orang yang merindukan surga dan semerbak aromanya...
Dia selalu menempuh jalan para penghuninya...
Pantaskah dicela orang yang meninggalkan dunia dan permainannya...
Dia bergegas menuju medan jihad dengan tekad bebas mulia...
Pantaskah dicela orang yang dibeli Allah jiwanya...
Dia mengharapkan surga Firdaus yang kekal tiada fana...
Janganlah kalian mencela jihad dan pembelanya...
Karena itu tanda kemunafikan, maka hati-hatilah dan waspada...
Siapa yang belum pernah meniatkan diri untuk berjihad dan
Juga belum pernah berjihad lalu meninggal dunia, maka ia
Meninggal dunia secara buruk lagi hina...
Sesungguhnya jihad adalah jalan kemuliaan kita...
Meninggalkannya menjadikan hidup kita hina dan menderita...
Disebutkan dalam sunan At-Tirmidzi sebuah hadist dari Abu Hurairah Radiallahuanhu, dia berkata, Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam bersabda:
"Barang siapa menghadap Allah Subhanahuwata'ala tanpa memiliki bekas jihad, maka dia menghadap Allah sementara dalam imannya terdapat keretakan."
Perdamaian Semu
Siapa mau..? Perbincangan palestina-israel
Berbulan-bulan lamanya beribu-ribu perjanjian dibuat
Hanya tuk sebuah kata “DAMAI”
Hasilnya…? Semu, siapa mau..?
Kesepakatan damai tercapai, tapi sang dajjal membelot
Dari lembar-lembar perjanjian, siapa mau..?
Rupanya Israel belum puas mengajak kita berperang-perangan
Beradu senjata, tak seimbang..!
Siapa takut..?
Tiada istilah damai dalam kamus perjuangan mujahid
Pada tentara zionis Israel, sang dajjal
“Wahai YAHUD…!
Perjuangan belum berakhir, lihatlah tentara Muhammad
Berdiri tegak di atas tonggak islam
Siap tukarkan darah kesyahidan
Demi Al Aqso, tanah yang di berkati”
“Khaibar-Khaibar ya yahud..! ja’issyu Muhammad saufa ya’ud”
Ingatkah kau dengan Yahya Ayyas..?
Sang insinyur peradaban
Dengan nasihat-nasihat peneguh jiwa
Telah terukir ditubuh mujahid
Hasilnya, Intifadhoh berkobar
Dan prajuritmu..?
Lari terbirit-birit
Mencari tempat persembunyian..
Pengecut…….!
Hanya sebuah ketapel kayu
Menjadi saksi perjuangan
Dan batu-batu bisu
Siap dilemparkan bersama
Demi tepi barat, Jerusalem, Gaza dan Jenin
Yang diambil paksa oleh zionis dan rasa rindu Berjumpa dengan-Nya
Menjadi pemompa semangat perjuangan palestina.
”Cukuplah kematian itu sebagai Penasihat”
Kita tahu dunia itu pinjaman... dunia itu tak berkekalan... dunia itu ujian. Semua orang tahu akan hakikat itu... semua juga tahu bahwa dunia ini akan disudahi dengan hari kiamat yang bakal membawa diri ke neraka ataupun syurga.. semua juga tahu tentang neraka... tentang medan penuh api dan kepanasan penuh azab... medan pembalasan untuk yang berdosa dan ingkar... kita juga tahu tentang dosa... tentang sesuatu yang ALLAH tidak suka... kita punya akal untuk berfikir... kita tahu akal ini dari siapa.. kita tahu jasad ini dari siapa... tapi tetap masih sering kali lupa dan ingkar nikmat...
”Cukuplah kematian itu sebagai Penasihat”.. penasihat untuk lebih sadar akan giliran yang pasti tiba... penasihat untuk setiap yang bernafas pasti akan terhenti nafasnya itu nanti suatu hari.. juga penasihat untuk lebih tahu yang berkuasa itu hanyalah ALLAH. Penasihat untuk tahu penghancur kelezatan dunia. Penasihat untuk mengerti pemisah diri dengan segala harta benda, sanak saudara, keluarga, dan ”Cukuplah kematian itu sebagai Penasihat”.
Ketika mata, hati, telinga, jasad dan semua anggota tubuh tidak lagi berfungsi. Ketika muka bumi sudah tidak bersedia untuk ditempat tinggali. Ketika muka bumi sudah menelannya, menghimpit, menjepit dalam liang lahadnya. Saait itu kesadaran datang... ingat siapa Allah... mengakui dan memohon... Ya Allah... kembalikan aku ke dunia lagi... akau akan bersedekah... aku akan beramal sholeh.
Itu kesadaran yan gsebenarnya. Kesadaran yang sesungguhnya. Kesadaran yang sudah tidak berguna lagi. ”Cukuplah kematian itu sebagai Penasihat”.
selamanya dan cinta tidak perlu ada sebab, kadangkala perkara tercantik dan terbaik di dunia tidak bisa dilihat, dipegang. Namun begitu... ia bisa dirasai dalam hati...
Dalam suatu kisah percintaan yang menarik, sepasang suami isteri berjalan di tepi sebuah danau indah. Kemudian si isteri bertanya kepada si suami.
Isteri : “Mengapa Mas menyukai saya? Mengapa Mas mencintai saya?”
Suami : “Mas tidak bisa menerangkan sebabnya, namun begitu, Mas memang menyayangi dan mencintai Adik.”
Isteri : “Mas tak bisa terangkan sebabnya? Bagaimana Mas bisa mengatakan Mas sayang dan mencintai saya, sedangkan Mas tidak bisa menerangkannya.”
Suami : ”Betul! Mas tak tahu sebabnya tetapi Mas bisa buktikan bahwa Mas memang mencintai Adik.”
Isteri : ”Tak bisa beri bukti! Tidak! Saya hendak abang terangkan kepada saya sebabnya. Kawan-kawan saya yang lain yang mempunyai suami, semuanya tahu menerangkan mengapa mereka mencintai. Dalam bentuk puisi dan syair lagi. Namun begitu Mas tidak bisa terangkan sebabnya.”
Si suami menarik nafas panjang dan dia berkata, ”Baiklah! Mas mencintai Adik sebab Adik Cantik, mempunyai suara yang merdu, penyayang dan mengingati Mas selalu. Mas juga suka dengan senyuman manis dan tapak Adik melangkah, di situlah cinta Mas bersama Adik!”
Si Isteri tersenyum dan berpuas hati dengan penerangan suaminya tadi. Namun begitu selang beberapa hari si isteri mengalami kemalangan dan koma.
Si suami sangat bersedih dan menulis sepucuk surat kepada isterinya yang disayangi. Surat itu diletakkan di sebelah tempat tidur isterinya yang di sayangi.
”Dik! Jika disebabkan suara aku mencintaimu... sekarang bisakah engkau bersuara? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintaimu. Jika disebabkan kasih sayang dan ingatan aku mencintaimu... sekarang bisakah engkau menunjukannya? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintaimu. Jika disebabkan senyuman aku mencintaimu... sekarang bisakah engkau tersenyum? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintaimu. Jika disebabkan setiap langkah aku mencintaimu... sekarang bisakah engkau melangkah? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintaimu. Jika cinta memerlukan sebabnya, seperti sekarang. Aku tidak mempunyai sebab mencintaimu lagi. Adakah cinta memerlukan sebab? Tidak! Aku masih mencintaimu dulu, kini, selamanya dan cinta tidak perlu ada sebab, kadangkala perkara tercantik dan terbaik di dunia tidak bisa dilihat, dipegang. Namun begitu... ia bisa dirasai dalam hati...”.